Majene kota pendidikan begitu orang-orang menisbatkan keagungan itu pada sebuah kota kecil yang terletak di tepi barat pulau sulawesi, tepat dipesisir, di hadapan wajah teluk makassar, diantara reruntuhan sejarah kelam kolonial, diantara saksi pemberadaban empat belas kerajaan besar tanah Mandar. Majene kota tua, wilayah yang dulunya memiliki banyak rawa, dan sering banjir, karenanya orang Makassar menyebutnya dengan "Majeqneq" yang berarti berair. kini tiada sangka sudah bertransformasi menjadi puncuk bunga primadona, rebutan bagi para lebah-lebah yang haus akan manisnya madu. Kota dengan kegiatan dan fasilitas pendidikan teraktif di Sulawesi Barat.
Di tengah kota yang kerap kali disebut-sebut dengan Jogja kedua itu(kota pendidikan Indonesia), telah berdiri dengan kokoh kampus besar PTKIN pertama di Sulawesi barat yaitu STAIN Majene, Bila disebut sebagai kampus pemberadaban rasanya mungkin terlalu dini, usianyapun masih tergolong muda, belum cukup satu dekade, dan sangat belia dibanding kampus-kampus islam besar ternama di Indonesia lainnya, khususnya di bumi Sulawesi seperti UIN Alauddin Makassar, IAIN Pare-pare dan lain-lain. Meski demikian di usianya yang baru berumur biji jagung itu, segudang prestasi telah berhasil diperolehnya, baik yang berskala lokal maupun nasional, pembangunan infrastruktur baik sarana maupun prasarananyapun tergolong sangat cepat dan tepat, ditambah lagi kuantitas mahasiswanya yang kian bertambah setiap tahunnya. Menjadikan segala mitos dan kemustahilan di masa yang akan datang menjadi sebuah paradoks dan nihil. Mungkin saja suatu hari nanti kampus itu akan menjadi pusat penilitian dan pemberadaban di negri ini lalu mencapai puncak melibihi kampus-kampus yang lain.
Seyogyanya setiap kampus memiliki daya tarik tersendiri, baik dari segi eksistensi maupun esensial mereka. Sering kali bila ada yang melemparkan sebuah pertanyaan "kuliah di mana?" selalu saja dibalas dengan jawaban yang sederhana "saya kuliah di UGM majene", tawa kecil akan senantiasa terukir diantara mereka para pelaku interaksi, mungkin hal ini sedikit konyol dan berbau guyonan, sebab sepengatahuan orang normal UGM hanya ada di Jogja, namum UGM yang mereka maksud di sini adalah "Universitas Gunung Majene" yang tiada lain adalah STAIN Majene, sengaja mereka sebut demikian karena letak geografis kampus itu tepat berada di puncak kaki gunung kota tua Majene, dan berhadapan langsung dengan pesisir. Tentu hal ini akan menambah nilai eksotis kampus itu. Semilir angin yang menyapa dari pantai, mata yang terus dimanjakan oleh hamparan fasilitas alam. Aroma laut, tarian nyiur di pelataran gunung, dan hiruk piruk perkotaan, akan senantiasa membuat tentram dan mengundang ketenangan bagi siapa saja yang sedang berada di sekitaran kampus itu. Bukankah dua hal ini yang mampu memudahkan otak dengan segala aktifitasnya?, Bahkan sejak era pagaisme, kosmosentrisme, teorisentrisme, hingga ke neo-antroposentrisme/Renaisance pun orang-orang akan mengaggap alam sebagai subyek yang bisa menstimulus segala potensi akal manusia. Meski kebanyakan dari mereka hari ini lebih mengutamakan tindak eksploitasi terhadap alam ketimbang urgensi kemanusiaan lainnya.
Disamping itu dari segi akademik, kampus ini tidaklah terlampau buruk. Para tenaga pengajarnyapun merupakan putra-putri terbaik daerah, meski ada juga imigran yang berasal dari luar dan mengaduh nasib di kota tua itu, namun tetap saja kualitas dan integritas mereka tidak diragukan lagi. Mereka merupakan orang-orang terbaik dari berbagai macam kota dan latar belakang yang berbeda, tentu dari segi aksiologi kedatangan mereka tidak hanya sebatas mengundi nasib, ada harapan yang mereka bawah, ada misi yang harus mereka tunaikan sebagai abdi negara. Dalam hal ini impian mereka terimplikasi dalam slogan kampus tunas peradaban itu, "Maju dan Malaqbiq". Layaknya pancasila yang merupakan idiologi dan landasan folosifis negara, dua kata inilah yang kemudian memobilisasi gerak mereka dalam mengindahkan impian negara yang telah termaktub pada UUD 1945, yakni "Mencerdaskan kehidupan bangsa".
Dalam mitologi Mandar sendiri, kata merupakan mantra yang sangat mujarab lagi ampuh, karya sastra tertua didunia ini disampaikan dan dijaga melalui lisan mereka secara turun-temurun jauh sebelum agama-agama eksplor masuk ke indonesia khusunya di sulawesi, masyarakat mandar sudah menerapkan ajaran agama leluhur mereka yang bila ditelisik lebih mendalam justru nilai-nilai islamnya sudah banyak terrealiasasikan. seperti budaya siriq, mitabeq dan lain-lain. Mereka sangat menjunjung tinggi perkataan mereka. Demikian dengan STAIN Majene ini, "Maju dan Malaqbiq" meski notabenenya mereka merupakan kampus yang bernuansa ajaran islam, namun mereka tidaklah enggan untuk lepas dari ajaran para leluhur mereka sebagai orang mandar, "Malaqbiq" dalam mandar merupakan pengistilahan terhadap sesuatu yang bersifat lebih atau dengan kata lain nilai (plus) baik dari segi moralitas maupun rohanitas. Terlepas dari perubahan nama mereka yang rencananya akan menisbahkan nama seorang ulama besar yakni Syekh Abdul Manna atau tidak, tetap saja harapannya semoga mandar tetap melekat di raga kampus itu.
Nice🤗
BalasHapusNice🤗
BalasHapusNice🤗
BalasHapusMantap
BalasHapusLuar biasa.. 😉💯💯
BalasHapus😊
BalasHapus💯💯
BalasHapusTingkatkan💪💪
BalasHapus