Langsung ke konten utama

Kembalinya Si Bocah Tangan Tuhan ke Pangkuan Tuhan

  Bagi sebagian orang terutama yang gemar menggeluti dunia lapangan hijau, nama Diego Maradona pasti tidak asing lagi di telinga. sosok yang sudah menjadi legenda, figur, sekaligus maestro sepak bola terbaik abad ini, Pemain dengan bernomor punggung sepuluh yang telah sukses membawa Argentina mencicipi manisnya tropi piala dunia pada tahun 1986 silam.

 Tepat hari ini 33 tahun sudah peristiwa fenomenal yang mendunia itu terjadi. "Gol tangan tuhan" begitu sejarah menyebutnya pada perhelatan akbar piala dunia melawan Inggris 1986 di Meksiko, membuatnya dikenal dan tercatat sebagai salah satu gol terbaik sepanjang masa. Sepanjang karir dan Popularitasnyapun tak pernah lepas dari hal tersebut, meski skill dan kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar tidak diragukan lagi, tetapi tetap saja berkat peristiwa tersebutlah ia dikenang dan dikenal dunia.

 Seperti kalimat "tuhan" yang memberkati tiap perjalan karirnya, demikianlah Tuhan mencabut dan menghilangkan segala urusannya didunia. Sang superior lapangan, Diego Armando Maradona menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 60 tahun pada Rabu (25/11/2020) karena mengalami henti jantung. Sang kapten tim Tango juara Piala Dunia 1986 sekaligus pelatih Dorados (klub devisi dua Meksiko) itu tutup usia di rumahnya di Tigre setelah sempat menjalani perawatan akibat pembekuan darah di otak pada 3 November lalu. 

 Dunia sepak bola berduka atas kepergian sang legenda, kabarnya telah menghiasi seluruh beranda-beranda media massa nasional maupun internasional. Baik obituari ataupun tulisan-tulisan yang lainnya untuk mengenang beliau sudah banyak terpublis dan dimuat di berbagai media sosial. Tidak hanya para maniak bola yang terpukul atas berita duka tersebut, di seluruh penjuru dunia, bahkan orang-orang yang sebelumnya tidak faham seluk beluk tetang bolapun turut berempati atas kematiannya.

 Banyak isu yang tersebar bahwa kematiannya adalah bentuk imbas atau akibat dari gaya hidupnya yang terlalu sembrono dan bebas, hal ini juga sempat dibenarkan oleh putrinya sendiri. Di sepanjang perjalanan karirnya, beberapa kali ia harus berurusan dengan aparat kepolisian sebab terjerat kasus narkoba. Pernah dalam salah satu konferensi persnya ia juga mengaku mulai terperangkap di lingkaran setan tersebut pada usia 24 tahun, tepat saat ia berseragam Barcelona.

 Meski demikian hal tersebut tidaklah menjadi tendensi yang dapat merusak citra serta stabilitas kepopularitasnya. Justru hal tersebut selalu menjadi stimulus bahan buah bibir yang menarik  yang selalu hangat didiskuskan oleh para maniak bola yang lagi-lagi hanya menilmbulkan dua kubuh antara pro dan kontra. Tidak seperti Ronaldo ataupun Messi yang notabenenya adalah publik figur dan bintang dunia hari ini, Maradona selalu punya nilai dan daya tarik tersendiri bagi para penikmat bola meski selalu diselingi dengan hal-hal yang berbau kontroversial. 

 Sosok Dieogo Maradona dikenal sangat sosialis, humoris, dan anti-impirialis. Di lapangan ia berposisi sebagai sayap kiri, yang bertugas mensupport dan memberikan kontribusi untuk mempertajam daya serang terhadap lawan, hal itu juga ia berlakukan pada dunia politik, di akhir tahun 90-an ia bersama dengan pemain dunia lainnya membentuk International Association of Profesional Footbal Player melawan korupsi di FIFA dan menyuarakan hak-hak para pemain. ia juga dikenal dengan "El 10". yang secara terbuka menunjukkan dukungannya terhadap sayap kiri, dan progresif terhadap pemerintahan di dunia terutama di Amerika Latin. Dalam kasus Kolonialisme yang sedang melanda Palestina, ia juga secara terang-terangan memberikan dukungan penuh. " Dalam hati saya adalah Palestina, saya menghormati mereka, dan bersimpati kepada mereka, tanpa sedikitpun rasa takut." 

 Dia dengan bangga mengenakan tato Che Guevara di lengannya dan Fidel Castro di kakinya. menurutnya apa yang dilakukan oleh para tokoh sosialis itu adalah hal yang terbaik. ia tidak pernah gencar menyuarakan Revolusi di Bolivaria Venezuela dan gerakan progresif sosial di Amerika Latin, dalam pernyantaannya, " Aku dari kiri, menjadi kiri, untuk kemajuan negaraku, memperbaiki orang miskin agar kita dapat menikmati kebebasan dan kedamaian. Kita tidak bisa dibeli, kita kidal di kaki , kita kidal di tangan, dan kita kidal dipikiran, itu harus diketahui orang-orang, bahwa kita mengatakan kebenaran, bahwa kita menginginkan kesetaraan". Demikianlah sang mega bintang dengan rasionalitasnya, yang membuat ia semakin dicintai para penggemarnya.

 
 
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOTA PENDIDIKAN DAN U GE EM ALA MAJENE

Majene kota pendidikan begitu orang-orang menisbatkan keagungan itu pada sebuah kota kecil yang terletak di tepi barat pulau sulawesi, tepat dipesisir, di hadapan wajah teluk makassar, diantara reruntuhan sejarah kelam kolonial, diantara saksi pemberadaban empat belas kerajaan besar tanah Mandar. Majene kota tua, wilayah yang dulunya memiliki banyak rawa, dan sering banjir, karenanya orang Makassar menyebutnya dengan "Majeqneq" yang berarti berair.  kini tiada sangka sudah bertransformasi menjadi puncuk bunga primadona, rebutan bagi para lebah-lebah yang haus akan manisnya madu. Kota dengan kegiatan dan fasilitas pendidikan teraktif di Sulawesi Barat. Di tengah kota yang kerap kali disebut-sebut dengan Jogja kedua itu(kota pendidikan Indonesia), telah berdiri dengan kokoh kampus besar PTKIN pertama di Sulawesi barat yaitu STAIN Majene, Bila disebut sebagai kampus pemberadaban rasanya mungkin terlalu dini, usianyapun masih tergolong muda, belum cukup satu dekade, d...

Berlayar ke IKN dengan Perahu Tradisional Sandeq

  Butuh waktu tiga hari dua malam, untuk bisa tiba di kota baru, Balikpapan, Kalimantan Timur, setelah melalui perjalanan panjang yang sangat melelahkan, bayangkan saja seberapa lama dan jenuh menunggu, duduk sampai terkantuk-kantuk, sambil tetap berusaha menjaga keseimbangan di atas kapal, percikan air laut yang tidak pernah berhenti membuat basah dari depan, kiri, maupun kanan, belum lagi kondisi ombak yang sering berubah-ubah, dari yang sebelumnya tenang bahkan tidak ada debur sama sekali, sampai membuat saya diam-diam saja padahal panik setengah mati. Ini merupakan pengalaman pertama saya menggunakan perahu Sandeq berlayar hingga berpuluh Mil, setelah tahun sebelumnya juga menyebrang Kalimantan dengan menggunakan perahu nelayan yang perangkatnya sudah sedikit lebih moderen pada perhelatan festival Sandeq 2022. Meski dibantu dengan mesin bermotor kapasitas 140 CC di kondisi tertentu, tetapi tetap saja, layar/sobal menjadi alternatif utama untuk menggerakkan perahu tersebut. Seb...

Mandar geografi atau etnografi?

                                             "Bagaimanapun ia hari ini, bila belum mencintai kebudayaannya sendiri, maka ia hanya akan menjadi bagian dari parasit sejarah". Demikianlah sebuah petuah yang menggerogoti telinga kami sore ini, dari seorang pelaut ulung yang sangat kami hormati, tangannya tak lagi halus, lebih keras dari kulit badak sepertinya, sepuntung rokok yang belum terbakar hinggap di telinga kanannya, tak lupa secangkir kopi juga asbak di hadapannya. Hari ini ia bercerita lebih panjang dari biasanya, sebab salah satu dari kami bertanya perihal asal muasal suku Mandar. Ia sangat senang dengan hal-hal yang berbau kebudayaan, meski hanya tamatan SD, segala pengetahuannya ia peroleh dari tradisi sastra lisan yang mereka jaga turun temurun dari orang tuanya. Puang Jamal, begitu kami memaggilnya, merupakan sosok yang sanggat kharismatik di Pambusua...